Siapa yang tidak kenal dengan Dropbox? dengan menggunakan Strategi Growth Hacking Dropbox yang Out of the Box. Dropbox telah berhasil mengantarkan CEO nya, Drew Houston masuk ke dalam 30 Under 30, Forbes Hall of Fame 2022.
Penasaran bagaimana kisah perjuangan Dropbox dan rahasia dibalik kesuksesan implementasi Strategi Growth Hacking Dropbox? Serta bagaimana kamu bisa terinspirasi dari keberhasilan Drew Houston? Jangan lewatkan artikel yang satu ini!
Pasti banyak hal menarik yang terjadi selama 365 Hari dalam setahun. Dan pastinya setiap memori tersebut ingin selalu kita kenang sepanjang masa, kan? Oleh karena itu, melihat kebutuhan akan tempat penyimpanan yang semakin besar. Evolusi penyimpanan yang dulunya berbentuk fisik, sudah berkembang menjadi teknologi cloud storage sebagai solusi.
Sebelum membahas Dropbox, ada baiknya jika Anda bisa lebih dulu mengerti apa itu strategi growth hacking sebagai saranan yang digunakan Dropbox untuk mendapatkan kesuksesan. Pengertian growth hacking adalah salah satu strategi pemasaran yang sepenuhnya fokus pada perkembangan, berdasarkan data yang dikumpulkan di pasar dan diproses dengan uji coba.
Orang yang melakukan strategi marketing ini biasanya disebut dengan istilah growth hacker. Mereka memiliki tugas untuk membuat perencanaan yang terukur dengan target pasar yang lebih fokus dan sesuai dengan brand. Setelah itu, growth hacker juga harus melakukan eksperimen untuk meningkatkan jumlah pelanggan atau pengguna.
Singkatnya, menerapkan strategi growth hacking tidak hanya membuat bisnis fokus ke sekedar meningkatkan penjualan saja dengan menjual produk atau layanan. Tapi lebih kepada pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang untuk mencari dan menemukan pelanggan loyal. Karena itu growth hacking sangat cocok dengan bisnis startup.
Dropbox adalah layanan berbagi file yang memungkinkan pengguna mengunggah, berbagi, dan mengakses file secara online. Dropbox menawarkan paket dasar gratis dengan penyimpanan 2 GB, serta paket berbayar dengan lebih banyak penyimpanan dan fitur.
Dropbox bisa dibilang salah satu layanan penyimpanan cloud tertua dan terpopuler yang digunakan saat ini, meskipun ada banyak alternatif, termasuk Microsoft OneDrive, Box, Sync, dan Google Drive. Dibandingkan dengan layanan serupa dan para pesaingnya, Dropbox menawarkan penyimpanan dan akses dalam jumlah yang relatif besar tanpa sistem operasi tertentu, sehingga dapat diakses oleh pengguna seluler dan desktop.
Sama seperti perusahaan startup pada umumnya, Dropbox tidak langsung mendapatkan kesuksesannya. Mereka juga melewati berbagai proses dalam membangun Dropbox dan mencapai kesuksesan seperti saat ini. Berikut langkah-langkah awal mula berdirinya Dropbox.
Drew Houston, Founder dari Dropbox membagikan cerita awal mula berdirinya Dropbox berawal dari rasa isengnya. Semua kisahnya diawali karena ia kerap kali lupa membawa FlashDisk, ia sering merasa kesulitan untuk membawa datanya kemana saja. Drew juga merasa kesal karena selalu mengalami internet lemot file yang terlalu besar dan menyebabkan memorinya penuh. Serta bugs dimana-mana karena data yang tersebar.
Sampai suatu hari, Drew dengan iseng membuat solusi dengan membangun prototype DropBox. Menjadikan Dropbox sebagai sebuah penyedia tempat penyimpanan virtual atau berbasis cloud storage. Tanpa perlu Hardisk maupun FlashDisk, Dropbox memudahkan Drew dan penggunanya agar dapat mengakses data melalui semua jenis gadget.
Menyadari keisengannya ternyata berguna bagi banyak orang. Drew mulai lebih serius untuk mendirikan Dropbox di tahun 2007 sebagai sebuah perusahaan. Dengan bantuan pendanaan dari Sequoia, ia juga mencoba mendaftarkan perusahaannya ke beberapa investor lainnya tetapi hanya berpulang penolakan.
Perjalanan Dropbox masih jauh dari kata mulus, Drew menceritakan kisah pedih dalam membangun Dropbox hingga sebesar sekarang dalam sebuah acara berjudul "Success! How I Did It”. Dimana salah satu kisahnya yang tak terlupakan adalah ketika pertemuannya dengan Steve Jobs di kantor pusat Apple. Steve Jobs awalnya memuji Dropbox, namun kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa “Dropbox adalah fitur, bukan produk”. Dimana pula dikala itu, Apple sedang berinovasi dengan prototype iCloud milik Apple.
Walau melalui berbagai rintangan, Drew Houston tidak pantang menyerah. Ia terus berinovasi mengembangkan Dropbox dan cloud storage. Dropbox berhasil mendapatkan pendanaan dari Y Combinator (Inkubator Startup Terbesar di Dunia, yang telah berhasil mendanai startup terkenal di dunia) di tahun 2007. Hingga puncaknya, pada 2009, Drew menolak tawaran Steve Jobs untuk menjual Dropbox senilai "9 Digit US Dollar".
Dari quotesnya yang terkenal, "kamu hanya perlu benar sekali," Drew sama sekali tidak menyesali keputusannya karena terhitung sampai 2016. Dropbox telah dengan sukses mendapatkan suntikan 6 kali pendanaan dari 24 investor bertotal $1,1 M (setara dengan 11T).
Semua usaha keberhasilan Dropbox, tentunya tidak dapat dilakukan sendirian. Salah satu faktor keberhasilan Dropbox terletak pada keberhasilan strategi marketing mereka dengan menerapkan growth hacking strategy. Dimana Dropbox akan memberikan layanan storage gratis kepada setiap user yang berhasil merekomendasikan atau menawarkan Dropbox pada orang lain hingga mereka membuat akun di Dropbox.
Dalam sepak terjangnya, Dropbox menggunakan bantuan dari seorang Growth Hacker, Sean Ellis sebagai konsultan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis Dropbox di 2010. Sean Ellis sendiri merupakan pebisnis pertama yang mencetuskan strategi growth hacking pada tahun yang sama. Setelah itu, istilah growth hacking kemudian berkembang di tengah bisnis startup, dengan budget dan sumber yang terbatas.
Melihat perjuangan dari Drew Houston, ada 1 komponen yang hilang dari kisah Dropbox di atas. Yaitu peran penting dibalik kesuksesan Dropbox yang sangat pesat. Mulai dari 2007, Dropbox pertama kali dibangun, hingga tahun 2009, dimana Steve Jobs mulai melirik Dropbox sebagai perusahaan bernilai tinggi.
Seperti yang kita tahu, perkembangan perusahaan merupakan faktor utama dalam bisnis startup. Sehingga, tak jarang kita melihat banyak Perusahaan Startup baru yang gagal karena kurangnya perkembangan yang signifikan dalam lini bisnisnya.
Disinilah Growth Hacker berperan, membantu bisnis dalam jangka panjang dan relevan dengan kondisi pasar saat ini. Seperti Sean Ellis yang membantu Dropbox, bila kamu membutuhkan tim digital marketer advance, untuk membantu implementasi strategi Growth Hacking perusahaanmu. Dan mulai menapaki langkah awal implementasi strategi menjadi lebih efektif dalam mempercepat pertumbuhan perusahaan secara signifikan, Pipeline siap membantu.